Showing posts with label Adab dalam Islam. Show all posts
Showing posts with label Adab dalam Islam. Show all posts

Inilah Adat Dalam Berdoa Semoga Dikabulkan Oleh Allah Swt

Kumpulan Doa Islami - Berdoa mempunyai artian yang sangat penting yaitu meminta kepada Sang Pencipta Allah SWT sesuatu yang kita inginkan maka harus sopan dan beradab. Misalkan, kita meminta kepada orang tua, ingin dibelikan baju baru. Jika kita meminta hal tersebut kapada orang bau tanah dengan tidak sopan, apakah orang bau tanah akan memberikannya?

Pasti tidak. Karena orang bau tanah tidak suka dengan perilaku kita yang tidak sopan. Dan sebaliknya, bila kitan meminta hal tersebut secara baik-baik, penuh pengormata, dan sopan santun serta tidak memaksa. Maka Insya Allah orang bau tanah akan memperlihatkan baju gres sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Begitupun ketika kita berdoa dan meminta kepada Allah SWT. Apalagi Allah-lah Sang Pemilik Kerajaan di langit dan di bumi. Maka harus dengan cara yang beradab. Hal yang paling penting dalam berdoa yaitu berserah kepadaNya bukan doa yang memaksa harus dikabul.


Berikut ini adab-adab dalam berdoa atau meminta kepada Allah SWT semoga cepat terkabul, menyerupai dilansir dari laman Islam Post:
  1. Menjauhkan diri dari yang haram, baik itu pakaian, makanan dan sebagainya.
  2. Ikhlas semata-mata alasannya yaitu Allah SWT.
  3. Berdoa dan bertawasul dengan amal-amal shaleh yang pernah kita lakukan.
  4. Berwudhulah sebelum berdoa.
  5. Menghadap ke kiblat ketika berdoa.
  6. Shalat dua rakaat.
  7. Memanjatkan puja dan puji kepada Allah SWT.
  8. Memanjatkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.
  9. Membuka dan mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan bahu kemudian mengucapkan doa.
  10. Sopan, khusyu, dan merendahkan diri dihadapan Allah SWT.
  11. Hendaklah orang itu memohon dengan banyak sekali asma Allah yang agung.
  12. Memanjatkan doa-doa yang diwariskan dan disunnahkan.
  13. Mengucapkan doa dengan bunyi lembut dan sayu.
  14. Mengakui dosa-dosanya.
  15. Memulai doa dengan mengajukan permohonan untuk dirinya, namun tidak mnegkhusyukan doa tersebut untuk diri pribadi, terutama kalau bertindak sebagai imam.
  16. Memeohon dengan tekad bulat, menghadirkan kalbu, dan memurnikan harpannya.
  17. Mengulang-ngulang doa dengan sungguh-sungguh.
  18. Tidak berdoa perihal hal yang mengandung dosa.
  19. Dan jangan bersikap kaku dan mempersempit yang lapang.
  20. Mintalah semua hajat.
  21. Yang berdoa dan mendengar hendaklah mengaminkan.

Adab Mendengarkan Adzan Bagi Seorang Muslim

Kumpulan Doa Islami - Kebanyakan dari kita orang muslim melupakan adab-adab atau aturan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT. Hal-hal yang ringan pun sering ditinggalakan, lambat laun prilaku meninggalkan ini akan berdampak kepada hal yang besar. Adzan yaitu permintaan atau panggilan yang menjadi menerangkan bahwa waktu shalat telah masuk.

Adzan merupakan salah satu syiar agama yang paling agung, lantaran mengabarkan kepada seluruh Muslim datangnya waktu shalat sebagai ibadah wajib. Adzan dikumandangkan oleh seorang muadzin. Sebagai yang mendengarkan adzan, ada budbahasa yang dianjurkan Rasulullah SAW.

(Pelajari juga: Lafadz Adzan dan Iqomah Lengkap Bahasa Arab, Latin dan Artinya)

Dalam budbahasa islam bahwa ketika adzan hendak berkumandang maka diamlah lantaran jikalau kita tidak mendengarkannya ataupun menjawabnya itu akan menjadi faktor lunturnya keimanan kita.

Bahkan dalam realitasnya, banyak orang kelu lidahnya di ketika kematian. Kebanyakan orang yang nazak, ketika hampir tiba ajalnya, tidak sanggup berkata apa-apa. Lidahnya kelu, keras dan hanya mimik mukanya yang menahan kesakitan ‘sakaratul maut’. Ini sebabnya yaitu kebiasaan remeh kita yang sering tidak mendiamkan diri ketika adzan berkumandang.

(Pelajari juga: Fakta Unik Seputar Adzan yang Sangat Mengagumkan)

Ilustrasi: Adzan

Diriwayatkan sebuah hadist:
“Hendaklah kau mendiamkan diri ketika azan, bila tidak Allah akan kelukan lidahnya ketika maut menghampirinya.”

Abu Sa’id Al-Khudri pun mengabarkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ الْمُؤَذِّنُ
Artinya :
“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah menyerupai yang sedang diucapkan muadzin,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hukum menjawab adzan yaitu sunah muakad. Ketika adzan berkumandang, kita umat muslim dianjurkan untuk sejenak meninggalkan acara dan mendengarkan kemudian menjawab adzan sebagai bentuk penghormatan kita kepada adzan tersebut.

(Pelajari juga: Lafadz Menjawab Adzan Sholat 5 Waktu Lengkap)

Rasulullah SAW pernah menjanjikan keutamaan mendengarkan dan menjawab permintaan adzan. Dalam sebuah hadits dia mengatakan:
“Barangsiapa yang mendengar bunyi adzan kemudian dia berucap: Asyhadu alla ilaaha illahu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, radlitu billahi rabba wabi muhammadin rasulan wabil islami diinan (Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad yaitu hamba dan Rasul-Nya, saya ridha Allah sebagai Rabb, dan Muhammad sebagai Rasul dan saya ridha Islam sebagai agama), maka Allah akan mengampuni dosanya,” (HR. Muslim (579) dari Sahl bin Sa’ad)

Ada 3 (tiga) pertanyaan besar mengenai hal ini:
  1. Bagaimana hukumnya bila berbicara ketika adzan berkumandang?
    Para ulama menyerupai Imam Syafi’i, Imam Malik bin Anas, Ishaq bin Rahuyah, dan lainnya menyampaikan bahwa berbicara ketika mendengarkan adzan hukumnya yaitu makruh. Namun bila keadaan mendesak untuk berbicara, maka berbicaralah seperlunya. Dan hendaknya tidak memperpanjang pembicaraan sehingga terluput dari memperoleh keutamaan yang besar yaitu pengampunan dosa-dosa. Jika berbicara saja sudah makruh, bagaimana dengan kegiatan lain menyerupai bercanda, atau bahkan hingga tertawa terbahak-bahak seakan menghiraukan permintaan yang agung ini. Sebagai seorang muslim seharusnya kita saling mengintrospeksi diri dalam hal budbahasa mendengarkan adzan ini.
  2. Bagaimana aturan menjawab adzan ketika sedang membaca Al-Qur’an?
    Tidak dibolehkan menjamak/mengumpulkan antara membaca Al-Qur’an dengan menjawab adzan. Karena kalau kita membaca Al-Qur’an, kita akan terlalaikan dari mendengar adzan. Sebaliknya bila kita mengikuti ucapannya muadzin, kita terlalaikan dari membaca Al-Qur’an. (Fathu Dzil Jalali wal Ikram, 2/196,197)
  3. Ketika sedang shalat apakah kita diharuskan menjawab adzan?
    Dalam madzhab Al-Imam Ahmad (Pendapat ini dianggap yang paling shahih), ketika sedang melaksanakan shalat, tidak perlu menjawab adzan yang didengar. Karena adzan merupakan zikir panjang yang sanggup menciptakan orang yang shalat tersibukkan dari shalatnya. Sementara dalam shalat ada kesibukan tersendiri, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :“Sesungguhnya dalam shalat itu ada kesibukan,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

(Pelajari juga: Lafadz Doa Setelah Adzan dan Iqomah Lengkap)

Oleh lantaran itu, marilah kita sama-sama menghormati azan dan mohon kepada Allah semoga pengecap ini tidak kelu ketika nyawa kita sedang dicabut dan kita sanggup tetap istiqomah di jalan Allah SWT.

Etika Atau Sopan Santun Tidur Dalam Islam Yang Patut Diketahui

Kumpulan Doa Islami - Oleh kesudahannya dalam Islam terdapat adab-adab tidur yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Seperti kita ketahui, semua mahluk hidup niscaya memerlukan istirahat sesudah melaksanakan banyak sekali aktivitasnya, salah satunya yaitu dengan tidur. Selama kita tidur, badan kita akan mengganti sel-sel yang rusak dikarenakan acara dengan sel-sel yang baru. Selain itu limbah serta uap kotor yang terjadi pun dibuang oleh badan ketika kita tidur. Tidur yaitu karunia Allah bagi manusia.

Berikut yaitu beberapa budbahasa atau etika tidur dalam islam yang patut kita ketahui sebagai seorang muslim, sebagaimana dilansir dari laman Islam Post
  1. Qoylullah
    Yaitu istirahat di pertengahan siang. Qoylullah dilakukan sesudah sholat zuhur/sholat jum’at. Kebiasaan ini dilakukan oleh para sahabat nabi.
  2. Tidur di awal malam sesudah sholat Isya, lalu berdiri lagi di awal sepertiga malam.
  3. Jangan tidur sebelum waktu isya
    Karena Rasul membencinya (khawatir kebablasan sampai pagi), dan Rasul juga membenci percakapan yang tanpa manfaat sesudah sholat isya.
  4. Menutup pintu, mematikan api/lampu dan menutup piring-piring masakan dan minuman sebelum tidur.
    Perintah ini mengandung kebaikan duniawi dan ukhrowi yaitu menjaga diri dan harta dari orang-orang yang hendak berbuat jahat terlebih lagi dari syetan.
  5. Berwudhu sebelum tidur.
    Hal ini dilakukan supaya kita berada dalam keadaan suci jika sewaktu-waktu dipanggil ke hadiratNya dalam keadaan tidur. Selain itu dengan berwudhu kita sanggup dijauhkan dari gangguan syetan dan rasa takut.
    (Pelajari juga: Lafadz Niat Wudhu Lengkap Arab Latin dan Artinya)
  6. Mengebuti kawasan tidur dengan ujung sarung/selimut sebanyak 3 kali sambil membaca basmalah.
    Ini dilakukan untuk mengusir serangga atau makhluk mistik yang berada di atasnya. Dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah bersabda : Apabila salah seorang dari kalian hendak tidur maka kebutilah kawasan tidurnya dengan ujung sarungnya alasannya yaitu bekerjsama ia tidak tahu apa yang akan menimpa kepadanya.
  7. Jangan tidur satu selimut antara pria dengan pria (dewasa), wanita dengan wanita (dewasa).
  8. Berbaring ke sisi kanan ketika tidur, posisi asisten di tekuk di bawah pipi kanan.
    Posisi tidur ibarat ini paling elok untuk manusia, alasannya yaitu organ-organ dalam badan tidak saling bertumpang tindih, semua pada tempatnya.
  9. Membaca ayat Kursi, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, Annas, dan 2 ayat terakhir Al-Baqoroh sebelum tidur.
    (Pelajari juga: Bacaan Doa Ayat Kursi Lengkap Arab, Latin dan ARtinya)
  10. Membaca doa sebelum tidur
    (Pelajari juga: Lafadz Doa Sebelum Tidur dan Doa Setelah Bangun dari Tidur)

Itulah beberapa budbahasa ketika tidur dalam islam yang patut kita amalkan. Semoga bermanfaat.

Etika Pemanasan Suami Istri

Kumpulan Doa Islami - Hubungan tubuh suami istri merupakan hak kedua belah pihak. Selama ini, ada anggapan yang beredar bahwa kekerabatan ini hanya lebih banyak dinikmati oleh suami saja. Maklum, pihak istri lebih banyak ditutupi rasa risih dan juga malu, sekalipun pada suami yang telah bertahun-tahun hidup bersama.

Berbeda dengan suami, istri memerlukan proses lebih lama. Salah satu hal terpenting ialah soal pemanasan yang harus dilakukan oleh suami.

(Pelajari juga: 8 Adab/Etika Suami Istri dikala Berhubungan )

Dari beberapa hadist shahih yang dituturkan oleh Rasul Muhammad SAW, ada beberapa yang harus diperhatikan oleh suami soal pendahuluan ini. Berikut di antaranya, sebagaimana dilansir dari laman Islam Pos.

  1. Kata-kata mesra
    “Janganlah salah seorang dari kalian menjima’ istrinya ibarat hewan ternak mendatangi pasangannya. Tetapi hendaklah ada ar rasuul antara keduanya.”

    Ditanyakan kepada beliau, “Apakah ar rasuul itu wahai Rasulullah?”

    Beliau menjawab, “Ciuman dan kalimat-kalimat dialog (mesra),” (HR. Ad Dailami).

    Sebelum melaksanakan jima’, dahuluilah dengan kata-kata romantic atau kiata-kata yang mesra. Rasulullah, di hari-hari biasa saja memanggil Aisyah dengan Humaira, yang artinya pipinya kemerahan. Betapa ia sangat romantis, kan?

    Kata-kata romantis dan mesra ini yang pertama akan mencairkan suasana dan menciptakan rileks.
  2. Kecupan
    “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya ibarat binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu menunjukkan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu,” (HR. Tirmidzi).
  3. Sentuhan
    Jika kata-kata mesra ialah pendahuluan dengan ucapan dan kecupan ialah pendahuluan yang agak meningkat, maka pendahuluan yang lainnya ialah dengan sentuhan.

    Imam Abu Hanifah ditanya oleh muridnya wacana suami yang memegang kemaluan istrinya atau istri memegang kemaluan suaminya (sebagai pendahuluan jima’), ia menjawab, “Tidak masalah, bahkan saya berharap ini akan memperbesar pahalanya,” (Tabyin al-Haqaiq). Allahu alam bishawwab.

2 Waktu Yang Mulia Untuk Bekerjasama Tubuh Suami Istri

نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ
“Istri-istrimu ialah (seperti) tanah daerah kau bercocok tanam, maka datangilah tanah daerah bercocok tanammu itu bagaimana saja kau kehendaki” (QS. Al-Baqarah : 223)

Jima' atau berafiliasi tubuh ialah salah satu ibadah bagi pasangan suami istri yang bisa menghasilkan pahala yang luar biasa baik di dunia maupun di nirwana nanti. Dengan jima’ kebutuhan biologis dan psikologi suami istri bisa saling memenuhi satu sama lain.

Suami bisa menjima’ istrinya kapanpun kecuali pada waktu-waktu yang memang dihentikan oleh agama. Tapi, ada waktu-waktu tertentu yang sanggup melimpahkan pahala dan kemuliaan ketika berjima’ dengan istri.


Seperti halnya berdasarkan M. Fauzil Adhim ada dua waktu yang akan mendatangkan kemuliaan yang lebih ketika melaksanakan jima' atau berafiliasi tubuh suami istri, diantaranya :

Pertama, ketika suami pulang dari bepergian jauh dan pada waktu yang cukup lama. Tentunya, dua manusia yang sudah sah menikah ini akan saling merindu satu sama lain. Maka, curahkanlah rasa rindu diantara suami istri salah satunya dengan berjima’.

Kedua, ketika suami mendadak pulang dari suatu daerah alasannya ialah terangsang birahinya ketika ia berada di luar rumah. Maka, tidak boleh ditunda lagi suami istri harus segera berjima’ semoga terhindar dari dosa besar salah satunya zina.

Menurut At-thihami dalam kitab “Qurratul Uyun” jima’ yang utama dilakukan pada ketika permulaan waktu malam. Karena, dengan begitu akan terdapat waktu yang panjang untuk mandi junub. Sedangkan kalau jima’ dilakukan pada selesai malam, maka waktu untuk mandi junub sangat sempit dan akan menjadikan tertinggalnya salat subuh berjama’ah. Dan kalau jima’ dilakukan di selesai malam, tentunya akan dilakukan usai tidur. Hal yang demikian ini niscaya akan terjadi amis verbal yang tidak sedap sehingga dikhawatirkan akan mengurangi gairah berjima’ dan mengakibatkan rasa jijik.

Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang enggauli (menjima’) istrinya pada hari Jum’at, kemudian ia mandi wajib dan pergi salat Jum’at pada awal waktu dengan berjalan dan tidak menaiki kendaraan, kemudian mendekat kepada imam, mendengarkan khatib, dan tidak berkata-kata, setiap amal langkah sunnahnya akan mendatangkan pahala puasa sunnah dan salat malam baginya.” (HR. Abu dawud, Tirmidzi, nasai, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad). Maka dari itu, hari jum’at ialah hari yang baik untuk melaksanakan jima’ alasannya ialah di dalamnya terkandung pahala yang luar biasa.

Oleh alasannya ialah itu, hendaklah pasangan suami istri lebih selektif menentukan waktu-waktu yang mulia untuk memadu cinta dan kasih dengan pasangan halalnya semoga menghasilkan generasi unggul yang bisa menegakkan kalimat tauhid di masa yang akan datang. (retsa/islampos/qurratuluyun/pendidikanagamaislamdalamkeluarga)

Cara Mencukur Rambut Kemaluan Dalam Islam

Kumpulan Doa Islami -
“Sepuluh kasus yang merupakan fithrah: merapikan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, memasukkan air ke hidung (ketika berwudhu), memotong kuku, membasuh ruas jari-jemari (ketika berwudhu), mencabut rambut ketiak, mencukur rambut kemaluan, dan istinja`(membersihkan kemaluan sehabis buang air”. Salah seorang rawi hadits ini berkata, “Saya lupa yang kesepuluh, (tapi saya menduga bahwa yang kesepuluh ialah berkumur-kumur ketika berwudhu),” (HR. Muslim).

Apakah rambut yang tumbuh di sekitar tempat intim merupakan sesuatu yang penting dalam kekerabatan suami istri? Dari hadits di atas kita tahu ternyata mencukur rambut kemaluan ialah salah satu dari menjaga kebersihan diri, hadits ini hadir tentunya bukan tanpa alasan.

Kenapa harus mencukur rambut kemaluan? Menurut catatan medis sendiri, mencukur rambut kemaluan itu mutlak bagi siapapun sebab akan sanggup mempersempit pertumbuhan basil pada sekitar kemaluan. Selain itu rambut kemaluan yang pendek menciptakan kulit kemaluan jadi lebih sensitif dikala mendapatkan rangsangan dan sentuhan dari pasangan sah dan juga mengurangi busuk tidak sedap.

Rambut kemaluan mempunyai dua fungsi yaitu secara biologis dan sosial. Secara biologis, rambut-rambut yang tersembunyi pada perempuan berfungsi melindungi jaringan vulva yang lembut, dan mempertahankan suhu organ reproduksi tetap normal. Secara sosial, rambut kemaluan sering dipandang sebagai simbol kewanitaan yaitu seorang perempuan remaja mempunyai rambut kemaluan yang membedakannya dari gadis kecil biasa.

Berapa Lama Rambut Kemaluan Dibiarkan Tumbuh?

Secara umum pertumbuhan rambut kemaluan akan terhenti sehabis 2 bulan, jadi rambut yang sudah panjang tidak akan bertambah panjang walaupun tidak dicukur. Jika pada rambut kemaluan yang panjang tersebut tidak terjaga kebersihannya maka akan menjadikan pertumbuhan basil yang sangat mengganggu. Kaprikornus untuk alasan kesehatan dan kebersihan lebih baik bila dibersihkan secara berkala. Tapi akan sangat sulit bila rambut kemaluan kita panjang sebab meskipun sudah dibersihkan dengan sabun khusus organ intim ditakutkan masih ada basil membandel yang nempel di setiap helai rambut kemaluan.

Maka dari itu lebih baik bila kita mencukurnya. Cara mencukur rambut kemaluan sanggup dengan alat cukur, mencabut, menggunting, laser, obat penghilang rambut, wax, atau teknik elektrolisa. Yang harus kita ingat, dalam Islam kemaluan itu merupakan salah satu aurat yang mesti dijaga dari orang-orang yang bukan muhrimnya jadi dalam mencukur rambut kemaluan hendaknya dilakukan oleh diri sendiri atau oleh suami atau istri.

Istilah dari mencukur rambut kemaluan ialah istihdad yang disebutkan dengan lafadz: حَلْقُ الْعَانَةِ (mencukur ‘anah). Pengertian ‘anah ialah rambut yang tumbuh di atas kemaluan dan sekitarnya.

Tujuan dari istihdad ini disyariatkan bagi perempuan sebagaimana ditunjukkan dalam hadits “Pelan-pelanlah, jangan tergesa-gesa (untuk masuk ke rumah kalian) hingga kalian masuk di waktu malam –yakni waktu Isya’– supaya para istri yang ditinggalkan sempat menyisir rambutnya yang acak-acakan/kusut dan sempat beristihdad (mencukur rambut kemaluan)” (HR. Al-Bukhari no. 5245 dan Muslim). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata kepada Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma: “Apabila engkau telah masuk ke negerimu (sepulang dari bepergian/safar) maka janganlah engkau masuk menemui istrimu hingga ia sempat beristihdad dan menyisir rambutnya yang acak-acakan/kusut,” (HR. Al-Bukhari no. 5246).

Cara mencukur rambut kemaluan

Lebih baik rambut kemaluan tersebut dicukur hingga habis tanpa menyisakannya. Dan dibolehkan mengguntingnya dengan alat gunting, dicabut, atau sanggup juga dihilangkan dengan obat perontok rambut, sebab yang menjadi tujuan ialah diperolehnya kebersihan. (Tharhut Tatsrib fi Syarhit Taqrib 1/239, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab 1/342, Al-Mughni, kitab Ath-Thaharah, fashl Hukmul Istihdad).

Al-Imam Ahmad rahimahullahu ketika ditanya perihal boleh tidaknya memakai gunting untuk menghilangkan rambut kemaluan, dia menjawab, “Aku berharap hal itu dibolehkan.” Namun ketika ditanya apakah boleh mencabutnya, dia balik bertanya, “Apakah ada orang yang berpengaruh menanggung sakitnya?” Abu Bakar ibnul ‘Arabi rahimahullahu berkata, “Rambut kemaluan ini merupakan rambut yang lebih utama untuk dihilangkan sebab tebal, banyak dan kotoran sanggup menempel padanya. Beda halnya dengan rambut ketiak.”

Waktu untuk melaksanakan istihdad ialah sesuai kebutuhan dengan melihat panjang pendeknya rambut yang ada di kemaluan tersebut. Kalau sudah panjang tentunya harus segera dipotong/dicukur. (Al-Minhaj 3/140, Fathul Bari 10/422, Al-Mughni, kitab Ath-Thaharah, fashl Hukmul Istihdad).

Rambut yang lain

Adapun rambut yang tumbuh di sekitar dubur, terjadi perselisihan pendapat perihal boleh tidaknya mencukurnya. Ibnul ‘Arabi rahimahullahu menyampaikan bahwa tidak disyariatkan mencukurnya, demikian pula yang dikatakan Al-Fakihi dalam Syarhul ‘Umdah. Namun tidak ada dalil yang menjadi sandaran bagi mereka yang melarang mencukur rambut yang tumbuh di dubur ini. Adapun Abu Syamah berpendapat, “Disunnahkan menghilangkan rambut dari qubul dan dubur. Bahkan menghilangkan rambut dari dubur lebih utama sebab dikhawatirkan di rambut tersebut ada sesuatu dari kotoran yang menempel, sehingga tidak sanggup dihilangkan oleh orang yang beristinja (cebok) kecuali dengan air dan tidak sanggup dihilangkan dengan istijmar (bersuci dari najis dengan memakai batu).”

Meskipun diatas yang dibahas lebih banyak perihal manfaat mencukur rambut kemaluan bagi wanita, bukan berarti laki-laki boleh memanjangkan rambut kemaluannya sebab dalam Tharhut Tatsrib fi Syarhit Taqrib 1/239, jumhur ulama menyatakan yang dicukur ialah rambut yang tumbuh di sekitar zakar laki-laki dan kemaluan wanita.

Hukum Suami Minum Air Susu Istri (Asi)

Kumpulan Doa Islami - Tidak ada yang tidak transparan dalam Islam, termasuk soal urusan ranjang. Sepanjang tidak terkait dengan deskripsi praktik dan detil, maka semua terbuka, dan dibolehkan untuk dibicarakan.

Satu hal yang mungkin tak akan sanggup terhindarkan dalam hubungan suami istri yaitu percumbuan sebelum dan saat melaksanakan hubungan yang dalam Islam ini sangat suci. Bagaimana bila istri lalu tengah berada dalam kondisi menyusui?

Dibolehkan bagi suami untuk menghisap puting istrinya. Bahkan hal ini dianjurkan, bila dalam rangka memenuhi kebutuhan biologis sang istri. Sebagaimana pihak lelaki juga menginginkan biar istrinya memenuhi kebutuhan biologis dirinya.Adapun saat kondisi istri tengah menyusui bayi, lalu suami minum susu istri, para ulama ada bebarapa pendapat di sebagian kalangan.

Madzhab Hanafi berselisih pendapat. Ada yang menyampaikan boleh dan ada yang me-makruh-kan.

Dalam Al-Fatawa al-Hindiyah (5/356) disebutkan, “Tentang aturan minum susu wanita, untuk pria yang sudah baligh tanpa ada kebutuhan mendesak, termasuk perkara yang diperselisihkan ulama belakangan.”

Dalam Fathul Qadir (3/446) disebutkan pertanyaan dan jawaban, “Bolehkah menyusu sesudah dewasa? Ada yang menyampaikan tidak boleh. Karena susu termasuk bab dari badan manusia, sehingga dihentikan dimanfaatkan, kecuali bila terdapat kebutuhan yang mendesak.”

Sikap yang lebih sempurna yaitu suami berusaha biar tidak minum susu istri dengan sengaja, alasannya yaitu dua hal:
  1. Keluar dari perselisihan ulama. Karena ada sebagian yang melarang, meskipun hanya dihukumi makruh.
  2. Perbuatan ini menyelisihi fitrah manusia.

Suami yang pernah minum susu istrinya, tidaklah menjadikan dirinya menjadi anak persusuan bagi istrinya.

Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin mengatakan: “Menyusui orang sampaumur tidak memberi imbas apapun, alasannya yaitu menyusui seseorang yang menjadikan adanya hubungan persusuan yaitu menyusui sebanyak lima kali atau lebih dan dilakukan di masa anak itu belum usia disapih. Adapun menyusui orang sampaumur tidak menunjukkan imbas apapun. Oleh alasannya yaitu itu, andaikan ada suami yang minum susu istrinya, maka si suami ini TIDAK lalu menjadi anak sepersusuannya,” (Fatawa Islamiyah, 3/338). Wallohu alam bi shawwab.