Batas Awal Dan Akhir Waktu Shalat Dhuha Lengkap Dengan Dalilnya - Tidak sembarangan waktu orang melaksanakan sholat sunnah dhuha, lantaran sholat sunnah dhuha itu mempunyai waktu yang telah di tentukan dalam syari'at pedoman agama islam walau pun shalat dhuha ialah merupakan shalat sunnat, lantaran sholat sunnah itu ada yang mempunyai waktu tertentu dan mempunyai sebab-sebabnya ada juga sholat sunat yang tidak mempunyai waktu menyerupai sholat sunnah mutlaq itu sanggup dilaksanakan kapan saja asalkan jangan pada waktu yang di haramkan.
Adapu awal sanggup kita melaksanakan sholat dhuha di waktu pagi setelah mata hari terbit dari sebelah timur, tapi jangan bersamaan dengan waktu terbitnya itu tidak di perbolehkan untuk melaksanakan sholat sedangkan batas karenanya melaksanakan sholat sunnah dhuha itu ialah dikala matahari telah zawal (zawalusyamsi). Zawalusyamsi mempunyai dua pengertian yaitu: 1. berdasarkan etimologi, 2. terminologi.
Zawalusyamsi secara etimologi terdiri dari kata penggalan, zawal berarti tergelincir dan as-syams berarti matahari. Sehingga jikalau digabungkan menjadi “matahari tergelincir”. Secara terminologi istilah zawalusyamsi ialah waktu dimana posisi matahari tergelincir dari sentra langit menjelang waktu dzuhur itulah batas selesai waktu dhuha sehingga setelah itu tidak ada waktu untuk melaksanakan sholat dhuha.
Dalil Syar’i
Allah telah menjelaskan dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 103 bahwa shalat yang diwajibkan itu mempunyai waktu tertentu, sehingga tidak sanggup dilakukan disembarangan waktu tanpa ada alasan yang membolehkan ,
“sesungguhnya shalat itu ialah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisa’: 103).
Akan tetapi disana Allah tidak menjelaskan secara rinci waktu-waktu shalat fardlu tersebut, Al-Quran hanya mengisyaratkan, dan dalam ayat lain juga dijelaskan dalam surat Hud ayat 114, al-Isra’ ayat 78 dan surat Thaha ayat 130, yang berbunyi:
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS :Hud: 114)
Dirikanlah shalat dari sehabis matahari tergelincir hingga gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isyra’ : 78)
“Maka sabarlah kau atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kau merasa senang” (QS Thaha: 130)
Ayat-ayat di atas semuanya berupa isyarat-isyarat waktu shalat bukan waktu yang diperinci, Kemudian Hadits Nabi yang menandakan perihal waktu-waktu shalat ialah hadits yang diriwayatkan oleh at-Turmudzy dari jabir bin abdullah r.a sebagai berikut :
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : bekerjsama malaikat Jibril tiba kepada Nabi SAW mengajarkan waktu-waktu shalat (wajib). Lalu Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya, dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Dluhur dikala matahari telah tergelincir.
Kemudian Jibril tiba kepada Nabi dikala bayangan seseorang sama panjangnya, kemudian dia melaksanakan sebagaimana yang telah ia lakukan, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW kemudian shalat ‘Ashar.
Kemudian Jibril tiba lagi dikala matahari terbenam, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Maghrib.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala telah hilang cahaya merah, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat ‘Isyak.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala terbit fajar, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya, dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Shubuh.
Kemudian pada hari kedua Jibril tiba lagi kepada ia dikala bayangan seseorang sama dengan panjangnya, kemudian melaksanakan menyerupai yang telah dilakukan kemarin, kemudian shalat Dluhur.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala bayangan seseorang dua kali panjangnya, kemudian melaksanakan sebagaimana yang telah dilakukan kemarin, kemudian shalat ‘Ashar.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala matahari terbenam, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat Maghrib.
Kemudian kami tidur, kemudian bangun, kemudian tidur lagi, kemudian bangun, kemudian Jibril tiba lagi kepada beliau, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat ‘Isyak.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala waktu fajar sudah usang dan sudah pagi tetapi bintang-bintang masih tampak jelas, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat Shubuh. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Antara dua waktu shalat inilah waktunya shalat-shalat fardlu”. (HR. Nasa’i).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi SAW, ia bersabda, “Waktu Dluhur ialah selama belum tiba waktu ‘Ashar. Waktu ‘Ashar ialah selama matahari belum berwarna kuning. Waktu Maghrib ialah selama belum hilang cahaya merah. Waktu ‘Isyak ialah hingga tengah malam. Dan waku Shubuh ialah selama belum terbit matahari. (HR. Muslim).
Dari ‘Adullah bin ‘Amr, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda. Waktu shalat Dluhur ialah manakala matahari sudah condong ke barat (hingga) bayang-bayang seseorang sama dengan panjangnya, dan selama belum tiba waktu ‘Ashar. Waktu ‘Ashar ialah selama matahari belum berwarna kuning. Waktu Maghrib ialah selama belum hilang mega atau awan merah. Waktu ‘Isyak ialah hingga tengah malam. Waktu Shubuh ialah semenjak terbit fajar selama matahari belum terbit”. (HR. Muslim).
Nah itulah batas batas awal dan selesai waktu melaksanakan sholat dhuha lengkap dengan dalilnya, biar kita sanggup melaksanakan dengan khusu' dan tawadlu, juga itulah pengertian dari pada Zawalusyamsi dalam bahasa etimologi dan terminologi serta di perkuat dengan adanya dalil-dalil dari. al-Qur'an dan al-Hadist, untuk tata cara sholat dhuha sanggup anda terus update disini lantaran kami telah menyajikan beberapa banyak artikel yang menjelaskan tata cara sholat-sholat sunnat yang lainnya.
Adapu awal sanggup kita melaksanakan sholat dhuha di waktu pagi setelah mata hari terbit dari sebelah timur, tapi jangan bersamaan dengan waktu terbitnya itu tidak di perbolehkan untuk melaksanakan sholat sedangkan batas karenanya melaksanakan sholat sunnah dhuha itu ialah dikala matahari telah zawal (zawalusyamsi). Zawalusyamsi mempunyai dua pengertian yaitu: 1. berdasarkan etimologi, 2. terminologi.
Zawalusyamsi secara etimologi terdiri dari kata penggalan, zawal berarti tergelincir dan as-syams berarti matahari. Sehingga jikalau digabungkan menjadi “matahari tergelincir”. Secara terminologi istilah zawalusyamsi ialah waktu dimana posisi matahari tergelincir dari sentra langit menjelang waktu dzuhur itulah batas selesai waktu dhuha sehingga setelah itu tidak ada waktu untuk melaksanakan sholat dhuha.
Dalil Syar’i
Allah telah menjelaskan dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 103 bahwa shalat yang diwajibkan itu mempunyai waktu tertentu, sehingga tidak sanggup dilakukan disembarangan waktu tanpa ada alasan yang membolehkan ,
إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا …
“sesungguhnya shalat itu ialah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisa’: 103).
Akan tetapi disana Allah tidak menjelaskan secara rinci waktu-waktu shalat fardlu tersebut, Al-Quran hanya mengisyaratkan, dan dalam ayat lain juga dijelaskan dalam surat Hud ayat 114, al-Isra’ ayat 78 dan surat Thaha ayat 130, yang berbunyi:
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِين
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS :Hud: 114)
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
Dirikanlah shalat dari sehabis matahari tergelincir hingga gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isyra’ : 78)
فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا وَمِنْ آَنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَى
“Maka sabarlah kau atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kau merasa senang” (QS Thaha: 130)
Ayat-ayat di atas semuanya berupa isyarat-isyarat waktu shalat bukan waktu yang diperinci, Kemudian Hadits Nabi yang menandakan perihal waktu-waktu shalat ialah hadits yang diriwayatkan oleh at-Turmudzy dari jabir bin abdullah r.a sebagai berikut :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ جِبْرِيْلَ اَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم يُعَلّمُهُ مَوَاقِيْتَ الصَّلاَةِ، فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى الظُّهْرَ حِيْنَ زَالَتِ الشَّمْسُ، فَاَتَاهُ حِيْنَ كَانَ الظّلُّ مِثْلَ شَخْصِهِ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى اْلعَصْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ وَجَبَتِ الشَّمْسُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى اْلمَغْرِبَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ غَابَ الشَّفَقُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى اْلعِشَاءَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ اِنْشَقَّ اْلفَجْرُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى اْلغَدَاةَ ثُمَّ اَتَاهُ اْليَوْمَ الثَّانِيَ حِيْنَ كَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ مِثْلَ شَخْصِهِ فَصَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعَ فِى اْلاَمْسِ فَصَلَّى الظُّهْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ كَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ مِثْلَ شَخْصَيْهِ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ فِى اْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلعَصْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ وَجَبَتِ الشَّمْسُ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلمَغْرِبَ، فَنِمْنَا ثُمَّ قُمْنَا ثُمَّ نِمْنَا ثُمَّ قُمْنَا، فَاَتَاهُ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلعِشَاءَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ اِمْتَدَّ اْلفَجْرُ وَ اَصْبحَ وَ النُّجُوْمَ بَادِيَةٌ مُشْتَبِكَةٌ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلغَدَاةَ. ثُمَّ قَالَ: مَا بَيْنَ هَاتَيْنِ الصَّلاَتَيْنِ وَقْتٌ. (النسائى)
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : bekerjsama malaikat Jibril tiba kepada Nabi SAW mengajarkan waktu-waktu shalat (wajib). Lalu Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya, dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Dluhur dikala matahari telah tergelincir.
Kemudian Jibril tiba kepada Nabi dikala bayangan seseorang sama panjangnya, kemudian dia melaksanakan sebagaimana yang telah ia lakukan, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW kemudian shalat ‘Ashar.
Kemudian Jibril tiba lagi dikala matahari terbenam, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Maghrib.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala telah hilang cahaya merah, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat ‘Isyak.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala terbit fajar, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya, dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Shubuh.
Kemudian pada hari kedua Jibril tiba lagi kepada ia dikala bayangan seseorang sama dengan panjangnya, kemudian melaksanakan menyerupai yang telah dilakukan kemarin, kemudian shalat Dluhur.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala bayangan seseorang dua kali panjangnya, kemudian melaksanakan sebagaimana yang telah dilakukan kemarin, kemudian shalat ‘Ashar.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala matahari terbenam, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat Maghrib.
Kemudian kami tidur, kemudian bangun, kemudian tidur lagi, kemudian bangun, kemudian Jibril tiba lagi kepada beliau, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat ‘Isyak.
Kemudian Jibril tiba lagi kepada ia dikala waktu fajar sudah usang dan sudah pagi tetapi bintang-bintang masih tampak jelas, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat Shubuh. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Antara dua waktu shalat inilah waktunya shalat-shalat fardlu”. (HR. Nasa’i).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: وَقْتُ الظُّهْرِ مَا لَمْ يَحْضُرِ اْلعَصْرُ وَ وَقْتُ اْلعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشّمْسُ وَ وَقْتُ اْلمَغْرِبِ مَا لَمْ يَسْقُطْ ثَوْرُ الشَّفَقِ وَ وَقْتُ اْلعِشَاءِ اِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ وَ وَقْتُ اْلفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi SAW, ia bersabda, “Waktu Dluhur ialah selama belum tiba waktu ‘Ashar. Waktu ‘Ashar ialah selama matahari belum berwarna kuning. Waktu Maghrib ialah selama belum hilang cahaya merah. Waktu ‘Isyak ialah hingga tengah malam. Dan waku Shubuh ialah selama belum terbit matahari. (HR. Muslim).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: وَقْتُ الظُّهْرِ اِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ وَ كَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ كَطُوْلِهِ مَا لَمْ يَحْضُرِ اْلعَصْرُ، وَ وَقْتُ اْلعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ وَ وَقْتُ صَلاَةِ اْلمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبِ الشَّفَقُ وَ وَقْتُ صَلاَةِ اْلعِشَاءِ اِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ اْلاَوْسَطِ وَ وَقْتُ صَلاَةِ الصُّبْحِ مِنْ طُلُوْعِ اْلفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ (.مسلم)
Dari ‘Adullah bin ‘Amr, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda. Waktu shalat Dluhur ialah manakala matahari sudah condong ke barat (hingga) bayang-bayang seseorang sama dengan panjangnya, dan selama belum tiba waktu ‘Ashar. Waktu ‘Ashar ialah selama matahari belum berwarna kuning. Waktu Maghrib ialah selama belum hilang mega atau awan merah. Waktu ‘Isyak ialah hingga tengah malam. Waktu Shubuh ialah semenjak terbit fajar selama matahari belum terbit”. (HR. Muslim).
Nah itulah batas batas awal dan selesai waktu melaksanakan sholat dhuha lengkap dengan dalilnya, biar kita sanggup melaksanakan dengan khusu' dan tawadlu, juga itulah pengertian dari pada Zawalusyamsi dalam bahasa etimologi dan terminologi serta di perkuat dengan adanya dalil-dalil dari. al-Qur'an dan al-Hadist, untuk tata cara sholat dhuha sanggup anda terus update disini lantaran kami telah menyajikan beberapa banyak artikel yang menjelaskan tata cara sholat-sholat sunnat yang lainnya.